Hikmah di Balik Penutupan Umroh


Masjid Nabawi, Arab Saudi 

Arab Saudi telah menutup para ziarah mancanegara untuk melakukan ibadah Umrah terhitung sejak 27 Februari lalu atas masifnya dampak dari pandemi Covid-19. Dalam hal ini, para biro perjalanan Haji dan Umrah mengalami kerugian yang sangat besar. Namun sejumlah pihak meyakini bahwa akan ada hikmah di balik kejadian ini. Salah satunya mengingatkan bahwa pasar wisata Muslim selama ini belum digarap dengan optimal (Republikacoid, 2021).

Penutupan ibadah Umrah itu sempat dikabarkan hanya berlangsung dua pekan. Serikat Penyelenggara Umroh dan Haji (Sapuhi) pun menghitung, kerugian biro perjalanan Haji dan Umrah selama itu akan mencapai Rp 1 triliun. Namun hingga kini, penutupan ibadah Umrah masih terus berlangsung dan belum ada tanda-tanda akan dibuka kembali. Kerugian pun tentu akan berlipat ganda.

Apalagi jumlah jamaah Umrah dari Indonesia sangatlah besar. Konsulat Jenderal Republik Indonesia di Jeddah, Mohammad Hery Saripudin, mengatakan, setiap tahunya terdapat 1,2 juta rakyat Indonesia yang melaksanakan ibadah Umrah, sedangkan untuk ibadah Haji jumlahnya hanya berkisar 221 ribu jamaah.

Ketua Indonesian Islamic Travel Communication Forum (IITCF) dan Adinda Azzahra Tour and Travel, Priyadi Abadi berpendapat bahwa dihentikannya ibadah Umrah ini akan menuntut biro perjalanan Muslim untuk mencari solusi lain. Salah satunya dengan mulai menggarap pasar wisata Muslim yakni sektor wisata yang menawarkan perjalanan wisata dengan pelayanan serba halal. “Kita ini travel muslim yang sudah seharusnya mengakomodir kebutuhan para Muslim traveler. Sebab mereka juga butuh jalan-jalan, tidak hanya terbatas pada Haji dan Umrah saja,” kata Priyadi.

Ia menjelaskan bahwa selama ini, biro perjalanan Muslim hanya fokus ke Haji dan Umrah lantaran pasarnya yang cukup besar. Alhasil, wisatawan Muslim yang hendak jalan-jalan ke destinasi ataupun negara non-Muslim terpaksa menggunakan jasa biro perjalanan umum. “Kalau tidak di kelola travel muslim, misalnya tujuan ke Bali, itu bisa salah makan juga lho,” kata Priyadi menjelaskan pentingnya memastikan makanan halal bagi wisatawan Muslim.

Dalam merespon hal ini, Ketua Forum Halal Tourism, Gunawan Surbakti mengatakan bahwa penutupan ibadah Umrah memang telah membuat biro perjalanan Haji dan Umrah beralih untuk menggarap wisata Muslim. Hal itu sudah dimulai sejak pekan pertama ditutupnya ibadah Umrah. Namun, pengalihan itu ternyata hanya bisa dinikmati sebentar saja. Pasalnya, sejumlah negara Eropa juga terjangkit Covid-19 yakni sekitar sebulan hingga dua bulan sesudahnya. “Ternyata seluruh dunia terinfeksi korona,” katanya. Hal ini menyebabkan banyak grup wisata Muslim dengan tujuan Eropa yang dibatalkan. Ada pula yang terpaksa memperpendek durasi karena sudah terlanjur berada di sana. “Bahkan wisatawan Muslim yang ke Masjid Al Aqsa banyak yang terjebak. Tidak bisa masuk maupun keluar,” ucapnya.

News

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan.