Belanda Rasa Turki di Masjid Westermoskee Amsterdam


Seluruh rombongan peserta educational trip dari Indonesian Islamic Travel Communication Forum (IITCF) ke Eropa Barat berjalan cukup cepat karena seluruh peserta menikmati setiap kegiatan-kegiatan yang diselenggarakan. Mereka terdiri dari owner travel, tour leader dan praktisi wisata muslim.

Jarum jam telah menunjukkan pukul 14.30 waktu Amsterdam, Senin Februari 2019, 6 jam lebih lambat dari waktu di Indonesia, kami bergegas menuju masjid Westermoskee Aya Sofya, Amsterdam, Belanda untuk menunaikan ibadah Shalat Dzuhur dan Asar, jamak qasar.

IITCF dan Wisata Muslim Adinda Azzahra Tour and Travel di Masjid Westermoskee, Amsterdam

Masjid yang berdiri kokoh terletak di tepi salah satu kanal Amsterdam dengan corak bata merah putih dengan gaya arsitektur Turki, dan menara yang menjulang tinggi yakni Westermoskee Aya Sofya. Masjid ini adalah salah satu masjid di Negeri Kincir Angin yang telah menjadi rekomendasi destinasi terfavorit bagi para travel Muslim, selain Islamic Foundation Fatih Netherlands. Dirancang oleh arsitek tradisional Prancis, Marc dan Nada Breitman. Konstruksi bangunan ini dimulai di tahun 2013 dan selesai pada tahun 2015.

Berdasarkan informasi yang di dapat dari masyarakat sekitar, jamaah yang mendatangi masjid ini rata-rata merupakan para imigran, khususnya Turki. Hal ini dapat terlihat dari tausiyah singkat dari Imam masjid yang dituturkan dengan bahasa Turki, serasa “Belanda rasa Turki”. Tempat wudhunya juga terlihat bagus dan rapi sebagai indikasi bahwa masjid ini dirawat dengan baik. Selain itu, sesuai dengan aturan di masjid ini bahwa para jamaah tidak diperkenankan untuk mencopot kaos kaki ketika melakukan wudhu, jika melepas kaos kaki, maka Anda harus mengenakan sandal. “Kalau Anda berwudhu, kaos kaki jangan dilepas, kalau dilepas pakai sandal,” kata petugas masjid dengan menggunakan Bahasa Belanda. Masih khas dengan menggunakan Bahasa Belanda, Ia juga menjelaskan bila Anda masuk masjid juga harus pakai kaos kaki. Itu aturan masjid ini. Berbeda bukan dengan masjid di Indonesia.

“Allahu Akbar Allahu Akbar”

Shalat berlangsung lancar dan khusyuk. Dalam hal ini menunjukkan bahwa shalat dan makanan halal adalah dua aspek utama bagi wisata muslim. Oleh karena itu, apabila ingin melakukan perjalanan muslim ke berbagai negara, pilihlah travel biro perjalanan dengan label halal tour atau muslim tour. Berbeda dengan wisata umum yang tidak memperhatikan waktu shalat dan makanan halal.

Setelah shalat dan berdoa, tak lupa kami rombongan edutrip IITCF mendokumentasikan silaturahmi di masjid ini dengan foto bersama dengan pengurus masjid ini. IITCF juga memberikan bingkisan suvenir sebagai tanda kasih, cinderamata untuk Imam masjid yang kebetulan sedang ada acara di luar. Namun demikian, sang Imam masjid meluangkan waktu untuk berbincang dan menghubungi Chairman IITCF meski hanya melalui sambungan telepon.

News

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan.