Volendam, Sajian Klasik Desa Nelayan di Belanda


ADINDA| Amsterdam– Sabtu pagi, waktu menunjukan jam 08.00 pesawat Garuda Indonesia dengan kode GA 0088 yang kami tumpangi mendarat di Schiphol International Airport, Amsterdam, (7/9/2018). Selisih waktu lima jam lebih lambat dibanding waktu Indonesia.

Setelah menempuh perjalanana udara dari Jakarta ke Amsterdam selama hampir 9 jam. Akhirnya rombongan Adinda Azzahra tiba di bandara. Setelah melalui garbarata, kami menuju proses imigrasi dan pengambilan bagasi di salah satu bandara terbaik di dunia itu dan langsung menuju parkiran bus warna putih yang sudah menunggu di parkiran.

Dalam suhu udara yang menunjukkan 19 derajat celcius, rombongan langsung menuju destinasi sebuah desa bernama Volendam, desa nelayan yang tak jauh dari kota Amsterdam. Perjalanan menuju Volendam ditempuh sekitar 30 menit. Hamparan parit menghijau sesekali terdapat gerombolan sapi menjadi pemandangan di sepanjang jalan.

Tak hanya itu, bangunan khas Belanda juga mulai terlihat di sana sini. Beberapa kincir angin berputar menggerakan turbin untuk menghasilkan daya listrik.

Volendam adalah desa nelayan karena letaknya persis di bibir pantai. Tetapi setelah terjadi banjir besar di Laut Utara pada 1953. Untuk mengantisipasi banjir, pemerintah membangun bendungan sehingga air laut tak sampai ke daratan lagi. Konsekuensinya ikan-ikan berkurang, hingga menyebabkan mata pencaharian penduduk Volendam bergeser dari nelayan menjadi penjual souvenir.

Akhirnya Volendam berubah menjadi salah satu kawasan wisata yang wajib dikunjungi wisatawan jika berwisata ke Belanda. Rumah-rumah khas Belanda masih bertahan, begitu juga pakaian khas juga bisa ditemui di Volendam.

Setiap hari, ada saja turis yang datang dari berbagai negara, termasuk kami dari Indonesia, untuk menikmati desa yang kecil namun penuh kesan ini. Bus yang kami tumpangi parkir agak jauh dari jantung desa Volendam. Saat itu, bus yang pertama datang adalah rombongan kami. Karena terlalu pagi datangnya.

Kami pun berjalan kaki di bibir pantai yang nampak bersih. Jalanan yang tak lebar ini banyak diakses oleh pejalan kaki dan sepeda, sesekali nampak mobil melaju, biasanya mobil itu miliki penduduk asli Volendam. Akses pejalan kaki dan pengguna sepeda, terbilang lebih asyik dan dominan.

Bangunan klasik dengan sedikit taman di depannya menambah asri suasana Volendam. Di tambah beberapa kursi panjang untuk bersantai menghadap ke pantai menambah eksotik desa klasik ini.

Ketika memasuki kawasan wisata, suasana ramai langsung terlihat. Di sisi kiri-kanan jalan terdapat banyak toko yang menjual souvenir, kafe, restoran dan toko yang menjajakan kue khas Belanda.

Karena terlalu pagi, restauran De Koe yang akan kami singgahi pun belum siap dengan masakan. Kami pun akhirnya singgah ke toko souvenir khas Belanda. Beberapa teman ada yang memborong jam bermerk Oozoo dan berpoto dengan pakaian tradisional nelayan Belanda.

Setelah menyusuri pertokoan, terdapat dermaga kecil, berjejer kapal-kapal yang bisa disewa oleh wisatawan untuk menikmati keindahan laut. Setelah hampir dua jam memburu oleh-oleh, akhirnya kami makan di De Koe, menikmati masakan ikan laut Volendam.

Setelah hampir tiga jam berada di Volendam, kami pun kembali ke bus dan melanjutkan perjalanan menuju ke Kota Amsterdam untuk menikmati wisata sungai atau kanal di dalam pusat kota Amsterdam, sembari menikmati pemandangan kapal-kapal dan sepeda yang banyak menghiasi kota ini.

Nah, bagi wisata muslim yang sudah tidak sabar lagi ingin menjelajahi Volendam, Belanda dengan ikon kota nelayannya, ikuti Paket Wisata Muslim Eropa Barat yang diselenggarakan Adinda Azzahra. Selain paket wisata, Adinda Azzahra juga menyediakan Paket Umrah Plus Eropa. Tinggal pilih, paket mana yang sesuai. Pastinya, dengan Adinda Azzahra, wisata Anda menjadi lebih tenang dan menyenangkan. Selamat bertadabbur alam!

News

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan.