Awas! Travel Muslim Malaysia Buka Cabang di Indonesia


Peserta Moslem Educational Trip Eropa Barat Shalat Dhuhur dan Ashar di Mount Titlis, Swiss

Masyarakat Ekonomi Asean (MEA) yang berlaku mulai tahun ini membawa impak positif bagi industri jasa pariwisata untuk semakin meningkatkan dan mengembangkan perusahaannya di tengah globalisasi yang semakin masif ini. Salah satu perusahaan travel Malaysia dikabarkan segera membuka cabangnya di Indonesia untuk membidik segmen pasar Muslim Tour di Tanah Air.

“Saya mendengar dua minggu yang lalu, salah satu perusahaan muslim tour Malaysia segera masuk ke Indonesia dengan membuka kantornya di daerah Jakarta Barat karena MEA ini,” ujar pendiri Indonesia Islamic Travel Communication Forum (IITCF) Priyadi Abadi. Sebab itu, kata Priyadi pihaknya mengingatkan kepada travel muslim Indonesia untuk bergerak bersama sebelum banyak travel-travel dari negara ASEAN lain masuk ke Indonesia. “Saya bilang ke teman-teman, apakah kita mau jadi penonton atau pemain? Kalau mau jadi pemain, ayo kita cepat-cepat rapatkan barisan untuk sama-sama berbenah, introspeksi diri kekurangan kita apa?,” kata Priyadi.

Melalui IITCF, menurut Priyadi pentingnya berbagi ilmu dengan para tour leader travel muslim lainnya guna meningkatkan kapabilitas dan standarisasi pelayanan wisata muslim. Beberapa program yang sudah dijalankan IITCF ini antara lain Educational Trip ke Eropa Barat pada Februari lalu dengan peserta para pemilik travel Haji dan Umrah serta tour leader muslim. “Bulan lalu, kami juga melakukan workshop untuk peningkatan kemampuan para tour leader muslim,” ucap Priyadi yang juga salah satu ketua di Indonesia Tour Leader Association (ITLA). Priyadi mengaku miris melihat jumlah tenaga tour leader muslim di Indonesia yang masih sangat minim dibandingkan tour leader non-Muslim. Dari sekitar 1.000 orang tour leader yang tergabung di ITLA, yang muslim hanya sekitar 10%. Kondisi ini terjadi karena banyaknya travel muslim yang saat ini hanya fokus menggarap perjalanan Haji dan Umrah. “Mereka belum banyak yang menekuni wisata muslim. Akibatnya, market kita yang mayoritas muslim ini ketika melancong ke luar negeri menggunakan travel non-Muslim. Kita merasa insceure karena main market kita dikuasai oleh orang lain, sementara mereka ketika tour butuh bagaimana waktu shalat dan makanan halal,” tutur dia. Sejauh ini, menurut Priyadi, tanggapan beberapa pelaku travel muslim cukup positif dengan mendukung kegiatan-kegiatan IITCF.

News

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan.