Suasana Resto Salero Minang Den Haag, Belanda
Ada beberapa kebutuhan dasar Muslim Traveller yang harus dipenuhi oleh para travel dan tour leader saat membawa rombongan wisatawan ke negara-negara non-Muslim, seperti Eropa. “Salah satunya adalah ketersediaan makanan halal,” kata Chairman Indonesian Islamic Travel Communication Forum (IITCF) dan Adinda Azzahra Tour and Travel Priyadi Abadi kepada Republika pekan lalu.
Salah satu restoran di Eropa yang menjadi langganan para travel dan tour leader, khususnya saat membawa Muslim Traveller adalah Salero Minang di Den Haag, Belanda. Restoran tersebut berlokasi di Prins Hendrikstraat 150a, 2518HX Den Haag. “Salero Minang adalah salah satu restoran asli Indonesia dan milik orang Indonesia. Restoran ini hanya menjual makanan halal,” kata Priyadi Abadi.
Dihubungi terpisah, pemilik Salero Minang Erita Mursyid (44 th), mengungkapkan bahwa Salero Minang dirintis sejak tahun 2005. Mulanya Erita berjualan di acara Pasar Malam di Malieveld, Den Haag. Kemudian di tahun 2011, Erita secara resmi membuka restoran Salero Minang di tempat saat ini restoran tersebut berdiri. “Salero Minang menyediakan menu Nusantara dan masakan Padang. Luar biasanya, menu Nusantara ini digemari oleh orang-orang Belanda,” kata Erita melalui daring kepada Republika. Hal ini kemudian menjadi parameter utama bahwa makanan khas Indonesia sudah mulai beranjak ke ranah Internasional, mengingat Eropa merupakan salah satu kumpulan negara-negara artistik. Masakan Padang, kata Erita sangat disukai oleh orang-orang Indonesia yang tinggal di berbagai negara Eropa dan merupakan penggemar masakan Padang. Mereka datang ke Salero Minang khusus untuk menikmati masakan Padang. Mereka datang biasanya pada musim liburan anak-anak sekolah.
Selain itu, menu masakan Padang juga disukai oleh para Muslim Traveller dari Indonesia yang mencari makanan halal saat berwisata ke Eropa, khususnya Belanda. “Sejak dua tahun terakhir ini saya memang memfokuskan kerja sama dengan beberapa perusahaan travel dan tour leader dari Indonesia. Termasuk bersinergi dengan Indonesian Islamic Travel Communication Forum (IITCF). Biasanya rombongan perusahaan travel atau tour leader ini sekali datang berjumlah 15-35 orang,” tutur Erita.
Erita yang berayah orang Batu Sangkar dan beribu orang Pesisir Selatan (keduanya Sumatera Barat, dan saat ini tinggal di Kuamang Kuning, Muaro Bungo, Jambi) menambahkan, Salero Minang menyediakan menu istimewa berupa rendang, ayam pop, ayam singgalang bakar dan asam padeh ikan. “Harga menu Nusantara mulai 7 euro, sedangkan menu Padang rata-rata 12,5 euro,” kata Erita yang menamatkan kuliah di Akademi Bahasa Asing (ABA) Padang, Sumatera Barat.
Erita mempunyai catatan tersendiri tentang selera orang-orang Belanda saat menikmati makan siang maupun makan malam di Salero Minang. “Umumnya orang-orang Belanda lebih memilih masakan yang kurang pedas. Misalnya sate ayam, nasi rames, semur, dan rendang yang kurang pedas. Menu-menu tersebut sangat mereka gemari,” kata Erita yang bersuamikan Marko Lubeek (47 th), seorang lelaki asli Belanda. Marko alumni komersial dari jurusan ekonomi di HES Rotterdam yang saat ini bekerja sebagai senior account manager di sebuah perusahaan komputer Belanda. Menurut Erita, penggemar masakan Padang di Eropa ini sangatlah banyak. “Saya sering mengirimkan pesanan rendang Padang kepada para pelanggan di Perancis dan Jerman,” ungkapnya.
Melihat potensi bisnis masakan Padang yang sangat besar di Eropa, Erita berniat melakukan ekspansi bisnis. “Saya ingin memulai ekspansi dengan membuka cabang kedua di Amsterdam, Belanda. Untuk itu, saya mencari investor yang mau bekerja sama membuka cabang Salero Minang di Amsterdam,” papar Erita.