Kunjungan ke Masjid Jami Tokyo Bergaya Arsitek Turki


ADINDA| Tokyo–Tak jauh dari pusat kota Shinjuku dan Harajuku nampak berdiri bangunan dengan kubah dan menara yang megah. Bangunan ini menjadi sangat berbeda dengan bangunan yang ada di sekitarnya yang memiliki ciri khas Jepang.

Bangunan berkubah itu adalah Tokyo Camii, masjid terbesar di Jepang, dibangun dengan gaya Ottoman. Masjid Tokyo ini dibangun oleh migran muslim Tatar yang melarikan diri saat terjadi revolusi komunis di Rusia pada 1930an. Mereka adalah kelompok migran muslim terbesar di Jepang dan membangun Masjid Tokyo pada 1938.

Sekilas, Tokyo Camii di Jepang ini memiliki arsitektur yang mirip dengan Masjid Biru di Istanbul. Ternyata Camii adalah bahasa Turki yang berasal dari bahasa Arab jami, yang berarti ” jamaah masjid” atau sebuah masjid besar di mana orang berkumpul untuk sholat Jumat.

Dalam tour kali ini, Chairman Indonesian Islamic Travel Communication Forum (IITCF) H. Priyadi Abadi, M.Par menjelaskan masjid jami Tokyo ini memiliki arsitektur yang mirip gaya Turki. “Dulu para arsitekturnya diboyong  dari Turki,” papar Priyadi langsung dari Tokyo, Jumat (24/8).

Menurut Direktur Utama Adinda Azzahra Tour & Travel ini, ternyata Islam tumbuh subur di Negeri Sakura ini. Kini, banyak masjid berdiri di kota-kota besar di Jepang. Begitu juga wisata halal semakin berkembang pesat.

Selain Masjid Jami Tokyo, menurut catatan sejarah, Jepang juga memiliki dua masjid tua lainnya, yakni Masjid Nagoya dan Masjid Kobe. Masjid Nagoya adalah masjid pertama yang dibangun oleh komunitas muslim di Jepang pada 1931. Sementara Masjid Kobe didirikan pada 1935 oleh migran muslim asal India.

Saat renovasi pada 2000 selesai, semua dana ditanggung pemerintah Turki. Tidak hanya sebagai pusat keagamaan, Masjid Tokyo juga difungsikan sebagai tempat menyelenggarakan pernikahan, peragaan busana, pertunjukkan, pameran dan konferensi. Remaja masjid juga aktif di dalam Masjid Tokyo. Yuai International School menyelenggarakan kelas-kelas seperti membaca Alquran, mengenal Islam, karate dan kaligrafi. Sekolah tersebut dijalankan oleh Islamic Center of Japan (IJC), sebuah lembaga muslim yang didirikan pada 1966.

“Tidak hanya untuk sholat, masjid ini menjadi pusat budaya dan perpustakaan Islam, makan makanan Turki dan bahkan membeli souvenir Turki di masjid ini. Mereka juga mengadakan program dakwah untuk memperkenalkan Islam kepada Non Muslim setiap minggunya,” katanya.[]

News

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan.