Khusyuknya Shalat Jumat Tiga Bahasa di Masjid Korea


Peserta Komet Berada di Masjid Itaewon, Korea Selatan 

REPUBLIKA.CO.ID, SEOUL — Pernah mendengarkan khutbah Jumat yang disampaikan dalam tiga bahasa? Jika belum pernah, datang yuk ke Masjid Itaewon, Korea Selatan. Di sana Anda bisa mendengarkan khutbah Jumat trilingual yakni Arab, Inggris, dan Korea.

Peserta Korea Muslim Educational Trip (Komet) yang digelar Indonesian Islamic Travel Communication Forum (IITCF) beruntung bisa mendapatkan pengalaman langka itu, saat shalat Jumat di Masjid Itaewon, Seoul. Shalat Jumat di masjid terbesar Negeri Ginseng itu, diikuti oleh jamaah dari berbagai macam ras dan bangsa. Ada orang Arab, Korea, India, Turki, Afrika, termasuk orang Malaysia dan Indonesia. Selain peserta Komet yang terdiri atas pemilik travel, tour leader, dan tour planner, juga terlihat sejumlah orang Indonesia lainnya yang bekerja di Korsel atau sedang melancong.

Wartawan Republika Harun Husein melaporkan dari Seoul, ibukota Korea Selatan bahwa saat naik mimbar, khatib muda berwajah Melayu, membuka khutbahnya dengan pengantar seperti halnya di masjid-masjid di Indonesia dan negara Muslim lainnya, yaitu berbahasa Arab. Namun, saat masuk ke isinya, ternyata diteruskannya dengan bahasa Arab. Suasana mendadak bak umrah, karena mirip dengan khutbah di masjid-masjid di Makkah, Madinah, atau Jeddah.

Suasana Shalat Jum’at di Masjid Itaewon, Korea Selatan

Sesaat terlihat sejumlah jamaah sempat celingukan, namun tetap tenang. Dan saat khutbah seperti akan berakhir, ternyata sang khatib tiba-tiba menyampaikan khutbah dalam bahasa Inggris, sehingga jamaah dari berbagai bangsa bisa menangkap materi khutbah yang memaparkan seputar ibadah haji, tentang perlunya meluruskan niat saat menjalaninya, syiar-syiar Allah dalam rangkaian rukun iman kelima tersebut, dan puasa di bulan Dzulhijjah.

Selesai penyampaian khutbah dalam bahasa Inggris, sang khatib kembali membacakan beberapa kalimat dalam bahasa Arab yang lazim untuk menutup khutbah seperti “Alhamdulillah, alhamdulillahiladzi… dan seterusnya.” Kali ini, khutbah seperti benar-benar akan diakhiri. Namun, sang khatib berjubah panjang, tiba-tiba mengucapkan kalimat-kalimat yang terdengar asing disampaikan di masjid. Rupanya, itu adalah materi khutbah dalam bahasa Korea.

Perserta Komet dari Biro Perjalanan Mihrab Qalbi, Ustaz Dadang Khoerudin, mengatakan khutbah Jumat di Masjid Itaewon membuatnya terharu. “Sangat berbeda, sangat terharu. Di sebuah negara yang Muslimnya minoritas, kita bisa shalat bersama dengan saudara-saudara kita dari berbagai bangsa,” katanya.

Ustaz Dadang yang selalu menjadi imam shalat dalam kegiatan Komet yang digelar 21-26 Agustus 2017, juga memuji penyampaian khutbah Jumat di Masjid Itaewon. Sebab, meskipun disampaikan dalam tiga bahasa, namun berlangsung ringkas. “Itu karena khatibnya menyampaikan khutbah to the point, tidak bertele-tele. Sehingga, walaupun singkat, pesan yang disampaikan langsung mujarab di hati para jamaah,” katanya.

Khutbah Jumat trilingual itu rampung dalam waktu sekitar 45 menit. Dan, kendati khutbah disampaikan dalam tiga bahasa, isinya sama.

Usai shalat Jumat, peserta IITCF berkesempatan bertemu dengan pengurus Federasi Muslim Korea (FMK) yang mengelola Masjid Itaewon sekaligus menerbitkan sertifikasi halal. Dan ternyata, menurut Presiden FMK, Choi Young Kil PhD, sang khatib yang menyampaikan khutbah Jumat trilingual berasal dari Indonesia. “Yang menyampaikan khutbah tadi namanya Iman Baihaqi, dari Indonesia. Dia wakil imam di sini,” kata Choi Young Kil, pria asli Korea itu sambil tersenyum.

Ahli studi Islam yang juga guru besar Universita Myongji, Korsel, ini mengungkapkan ada tujuh masjid dan sekitar 100 mushala di seluruh Korsel. Muslim di negara berpenduduk 49 juta itu, kata dia, berjumlah sekitar 160 ribu orang. “Jumlah warga negara Korea Muslim sekitar 35 ribu orang, 120 ribu lainnya dari negara lain. Muslim pendatang yang paling banyak berasal dari Indonesia, sekitar 40 ribu orang,” kata Choi Youngkil saat menerima peserta IITCF di Kantor KMF yang terletak di lantai satu masjid.

Ketua IITCF, Priyadi Abadi, mengatakan kunjungan ke Masjid Itaewon dan pertemuan dengan pimpinan KMF telah dijadwalkan sejak awal. “Walaupun sederhana, kami bersyukur mendapatkan sambutan sangat baik dari mereka, terbukti Presiden KMF yang langsung menyambut IITCF,” katanya.

Penyerahan Seperangkat Alat Shalat oleh Chairman IITCF dan Adinda Azzahra Tour and Travel Kepada Presdien FMK Choi Young Kil, Korea Selatan

Usai pertemuan, Priyadi menyerahkan perangkat shalat sumbangan para peserta Komet kepada Choi Young Kil. Ini merupakan bagian dari kegiatan Muslim edutrip IITCF, yakni menyerahkan sumbangan perangkat shalat di negara-negara destinasi wisata Muslim. Termasuk ke dalamnya hotel, restoran, rest area, tempat belanja, hingga masjid.

Priyadi mengatakan bahwa IITCF telah memasukkan Masjid Itaewon sebagai tempat yang wajib dikunjungi dalam agenda dan paket-paket wisata halal ke Korsel. Apalagi, lokasi sekitar masjid pun dihuni oleh Muslim, dan banyak berdiri restoran halal, menjadikan kawasan Itaewon tak ubahnya sebuah “Muslim Town” di Korea. “Dengan mengunjungi Masjid Itaewon ini, selain bisa melaksanakan shalat termasuk shalat Jumat kita juga bisa tahu sejarah Islam di Korea, berinteraksi dengan saudara-saudara kita Muslim Korea, dan menikmati kulinernya,” katanya.

Menurut Priyadi, tempat ibadah bersejarah seperti masjid termasuk Masjid Itaewon sangat pantas masuk dalam jadwal tempat yang perlu dikunjungi. “Selama ini, kalau tur ke Eropa, misalnya, travel-travel umum selalu membuat paket yang salah satunya mengunjungi gereja. Seperti paket tur ke Paris yang selalu mengunjungi Notre Dame Cathedral, meskipun semua peserta tur adalah Muslim. Jadi mengapa tidak kita buat tur untuk mengunjungi masjid seperti Masjid Itaewon atau Grand Mosque di Paris,” katanya.

News

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan.