Indonesia Islamic Travel Communication Forum (IITCF) akan mengadakan halal bi halal dan briefing bagi peserta program West Europe Tour Leader Moslem Educational Trip (WEMET) angkatan ke II, kata H. Priyadi Abadi, pendiri IITCF yang juga Direktur Utama Adinda Azzahra Tour and Travel, perusahaan perjalanan umrah plus dan wisata Muslim.
“Briefing untuk angkatan ke-II ini akan kami selenggarakan pada 25 Juli mendatang di Jakarta dan selain saya sendiri sebagai narasumber juga akan hadir H. Farshal Hambali, Manager Indonesia Virgin Australia & Tiger Australia yang akan memberikan tips-tips pemilihan maskapai penerbangan/Airlines bagi Moslem Traveller,” jelasnya hari ini.
Masyarakat Indonesia yang mayoritasnya adalah umat Muslim dan banyak di antara mereka terutama kelas menengah dan menengah ke atas bukan hanya menginginkan berumrah ke Tanah Suci, tetapi juga mengunjungi obyek-obyek wisata Islam di berbagai negara, khususnya Eropa Barat. Untuk itu, kata Priyadi, mereka mencari biro perjalanan wisata yang juga menjaga kualitas makanan sesuai syariat Islam dan membuat program-program wisata Islam, terutama mengunjungi masjid-masjid maupun pusat kebudayaan Islam (Islamic Center) di berbagai negara Eropa yang mereka kunjungi.
Agar kebutuhan mereka dapat dilayani dengan baik maka IITCF mengadakan program West Europe Tour Leader Moslem Educational Trip (WEMET) angkatan ke II pekan depan. Tahun lalu angkatan pertama berlangsung pada 11-24 Februari 2015 diikuti 28 orang yang kebanyakan adalah tour leader atau pemandu wisata, para pelaku bisnis travel umrah. Ikut pula pelaku travel umum dan freelance tour leader, serta orang-orang yang menaruh perhatian kepada pariwisata muslim.
Priyadi menjelaskan, Indonesian Islamic Travel Communication Forum (IITCF) pada awalnya adalah hanya sebagai forum dunia maya yang bertujuan sebagai platform diskusi bagi para pelaku Travel Muslim (TL) di Indonesia yang mempunyai semangat berbagi informasi dan kebersamaan. “Namun seiring perkembangan dan kebutuhan maka kami memutuskan untuk membuat kegiatan-kegiatan yang bersifat edukasi, baik di dalam maupun luar negeri yang bisa langsung bermanfaat bagi para anggota. Misalnya, pelatihan-pelatihan, seminar, workshop dan lain- sebagainya untuk para Tour Leader, Tour Planner, Tour Consultant serta pemilik Travel Muslim,” tambahnya.
Potensi wisatawan asal Indonesia yang berminat mengunjungi berbagai obyek wisata Islami khususnya di Benua Eropa bagian Barat sangat besar oleh karena itu IITCF meningkatkan wawasan para tour leader dengan program WEMET mengingat para pemandu wisata harus dibekali dengan pengetahuan mengenai sejarah maupun obyek wisata yang berkaitan dengan obyek-obyek wisata Islam di kawasan Eropa Barat.
Priyadi menyebutkan bahwa terdapat beberapa destinasi menarik di negara-negara yang memiliki obyek wisata Muslim, salah satunya adalah Paris sebagai Ibukota Perancis yang terkenal dengan Masjid Raya Grande Mosquee de Paris, sedangkan di Amsterdam dan Belanda ada Masjid Al-Fatih. Selain itu di Cologne, Jerman ada Masjid masyarakat Turki yang megah. Masih di Jerman, tepatnya di Heidelberg juga ada mesjid besar yang dibangun oleh para imigran Turki, dan masjid yang megah di Kota Roma, Italia. Untuk itu, kata Priyadi, banyak wisatawan muslim Indonesia mencari biro perjalanan wisata yang juga menjaga kualitas makanan sesuai syariat Islam dan membuat program-program wisata Islam, terutama mengunjungi masjid-masjid maupun pusat kebudayaan Islam (Islamic Center) di berbagai negara Eropa yang mereka kunjungi.
“Itulah sebabnya program WEMET angkatan ke II akan berlangsung pada 28 Juli hingga 10 Agustus 2016. Seperti program yang pertama, West Europe Tour Leader Moslem Educational Trip juga akan diadakan selama 14 hari, mencakup 13 kota dan 6 negara,”
Kami akan melakukan perjalanan di berbagai kota-kota tersebut yakni Paris (Perancis), Brussels (Belgia), Amsterdam, dan Den Haag (Belanda), Koln, Heidelberg, Titisee (Jerman), Lucerne, Mt Titlis (Swiss), serta Milan, Venice, Pisa dan Roma (Italia). Sepanjang perjalanan, tour leader menggelar seminar di atas bus membahas tujuh topik secara bergantian, basic Tour Leader, leadership, communications, guiding technique, marketing strategis, problem solving, dan pengetahuan mengenai destinasi wisata Islami yang dikunjungi.
“Upaya lain yang akan dilakukan oleh IITCF adalah mengajak mahasiswa berprestasi dan dosen sekolah tinggi pariwisata untuk ikut dalam program WEMET batch III pada November 2016 mendatang,” kata pria yang sudah 20 tahun menekuni profesi tour leader kawasan Asia dan Eropa dan menjadi dosen perguruan tinggi pariwisata ini.
Guna mendanai kegiatan tersbeut, IITCF menggandeng sejumlah perusahaan besar guna memanfaatkan dana CSR perusahaan karena pihaknya ingin para dosen dan mahasiswa wawasannya terbuka, tidak hanya teori-teori yang dipelajari tapi bisa langsung terjun di lapangan.
“Sekarang kita sudah dihadapkan dengan persaingan MEA (Masyarakat Ekonomi Asean), sehingga dibutuhkan tenaga-tenaga pariwisata yang handal dan siap pakai,” tegasnya.
Menurut Priyadi saat ini CSR pendidikan untuk mereka belum ada yang melakukan. Oleh karena itu dia optimistis kegiatan ini akan mendapat sambutan positif baik dari peserta maupun perusahaan donatur CSR.
“Apalagi ini kan kegiatan sosial bidang pendidikan tour leader, jadi kami yakin perusahaan-perusahaan besar tertarik untuk mengalokasikan dana CSR-nya,” tutur Priyadi.
Dalam kegiatan ini, para mahasiswa dan dosen sekolah tinggi pariwisata ini tidak saja diajak mengunjungi objek-objek wisata, tapi juga diberi keterampilan menjadi seorang tour leader. “Saya tidak ingin, ketika wisatawan kita ke luar negeri, yang bawa tour leader asing bahkan dilayani oleh travel non-Muslim.,”
Untuk mengikuti tour ini, para peserta telah diseleksi antara lain untuk mahasiswa adalah prestasi di kampus dan nilai TOEFL. Pihaknya juga berharap Kiprah IITCF di bidang pendidikan akan menggugah cara penggunaan dana CSR pendidikan perusahaan besar untuk fokus pada bidang wisata muslim ini,” jelasnya.