Di antara bingkai foto dan lukisan yang menempel pada dinding kantor Adinda Azzahra Tour and Travel, terselip sebuah figura piagam penghargaan yang terbilang istimewa. Ya, piagam penghargaan Rekor MURI yang diberikan kepada Priyadi Abadi, Fouder & Chairman Indonesia Islamic Travel Communication Forum (IITCF) dan Adinda Azzahra Tour and Travel atas penyelenggaraan seminar bersambung terbanyak dalam perjalanan pada bulan Juli-Juli 2016 lalu.
Saat menyambangi kantor perusahaan travel Umrah plus dan wisata muslim sekaligus sekretariat IITCF di Jalan Selat Bali No.5 Blok E 11, Duren Sawit, Jakarta Timur, Priyadi menceritakan asal usul meraih Rekor MURI tersebut. Selama 2016, IITCF menggelar dua kali West Europe Tour Leader Moslem Educational Trip (WEMET) yang diikuiti oleh puluhan pengusaha travel muslim, tour leader dan tour planner. WEMET pertama kali dilaksanakan pada Februari dan yang kedua sekitar akhir Juli hingga awal Agustus 2016. Pelatihan dan seminar selama dua pekan ini mencakup 13 kota di enam negara, yakni Perancis, Belgia, Belanda, Jerman, dan Italia. Priyadi mengatakan bahwa seminar berkelanjutan yang dilakukan di atas bus dengan berbagai topik seputar travel muslim tersebut disambut luar biasa oleh para peserta, mengingat hampir belum ada travel yang memiliki sistem perjalanan seperti itu. “Masing-masing seminar berdurasi minimal dua jam. Sehingga dari agenda ini IITCF berhasil mendapat penghargaan Rekor MURI,” sebutnya.
Selain menyelenggarakan trip dan pelatihan, IITCF mengadakan gerakan sejuta perangkat shalat di berbagai negara. Peralatan ibadah ini di distribusikan di hotel, restoran, tempat objek wisata, toko duty free, masjid dan rest area di Eropa yang sering dikunjungi oleh para wisatawan muslim. Selanjutnya, gerakan tebar sejuta perangkat shalat dalam educational trip dilaksanakan di Balkan dan Amerika Serikat guna mensosialisasikan wisata muslim terutama di negara-negara non-Islam. “Gerakan membagikan sejuta perangkat salat juga meraih Rekor MURI,” ungkap dosen tamu di sejumlah Universitas Pariwisata.
IITCF didirikan sejak tahun 2015 sebagai wadah silaturahim, berbagi ilmu dan informasi antar sesama travel muslim, tour leader, tour planner, dan masyarakat umum. IITCF juga menjadi jembatan bagi 200 perusahaan travel muslim dalam memperluas wawasan, keterampilan baik staf maupun owner travel muslim.
Awal Mula Sebelum Terjun di Dunia Pariwisata
Sejatinya, kiprah Priadi Abadi di IITCF dalam menggaungkan travel muslim sudah melewati perjalanan panjang yang berliku. Ini menempatkannya sebagai salah satu perintis dan penggiat wisata muslim di tanah air Indonesia. Bahkan jebolan pendidikan Trisakti Tourism ini, merintis usaha tersebut dari nol, dan karena ketertarikannya yang luar biasa terhadap dunia travel menjadi parameter awal Priyadi mengambil jalur pendidikan pariwisata meski saat itu mendapat protes dari orang tua. “Orang tua bilang buat apa kuliah pariwisata. Kerjanya cuma di hotel, cuci-cuci piring atau bersih-bersih kamar,” kenang pria kelahiran Jakarta, 27 Oktober 1972. Akan tetapi, karena tetap fokus pada tujuan mulianya dan berada di jalan Allah, ia tetap memilih kuliah di jurusan pariwisata walaupun mulanya tidak di restui orang tua, mengingat profesi tersebut belum banyak yang menekuni tempo itu. Salah satu turning point dari kata-kata Priyadi yang patut dijadikan motivasi adalah ketika kita memiliki cita-cita mulia dengan mengedepankan di jalan Allah dan punya keyakinan kuat jika suatu saat nanti pariwisata bakal menjadi sektor industri yang paling menjanjikan dengan perputaran uang sangat besar, maka Insyaa Allah itu akan terjadi.
Priyadi mengawali karirnya di sektor pariwisata sejak masih duduk di bangku kuliah sekitar 1992. Awalnya freelands sebagai pemandu wisata untuk tujuan domestik atau inbound. Saat itu sempat mendampingi rombongan dari sebuah perusahaan ke Lombok dan Bali. Setahun kemudian meningkat menjadi outbond tour leader seperti ke negara-negera Asia, Australia, Amerika, Eropa dan Timur tengah termasuk Umrah. “Fee untuk tour leader standarnya US$ 50 per hari,” ujarnya.
Sejatinya, Vice Chairman Indonesia Tour Leaders Assosiation (ITLA) ini pun merangkak karir profesional dari mulai staf paling bawah hingga top manajemen di beberapa agen travel. Namun, selama 16 tahun berkecimpung di travel umum, Priyadi melihat dan merasakan betapa sulitnya wisatawan muslim memenuhi kebutuhan dasar terutama shalat dan memperoleh makanan halal. Nah, berbekal penghasilan selama bekerja di agen travel umum dan modal jaringan yang luas, Priyadi memutuskan untuk hijrah dengan merintis usaha mandiri travel muslim. Keinginan tersebut tercapai pada tahun 2010 dengan berdirinya PT Putri Adinda Pratama yang menaungi usaha travel Adinda Azzahra Tour and Travel dengan izin usaha yang dikantongi untuk Umrah plus dan wisata muslim. Usaha ini juga tidak semata-mata untuk tujuan bisnis, tapi adanya dorongan untuk menyiarkan Islam lewat tadabur alam dari tempat-tempat yang dikunjungi. “Hikmah saya hijrah ke travel muslim adalah ibadah saya tambah baik,” akunya.
Ketika merintis wisata muslim, banyak rekan seprofesi yang meragukan dengan memunculkan berbagai asumsi baik positif ataupun negatif, salah satunya yakni apakah bisa paket wisata muslim diserap pasar. Maklum hampir semua travel muslim hanya berbisnis Umrah dan Haji dan sudah melekat di benak masyarakat. Memang, masa-masa awal hanya satu atau dua orang yang diberangkatkan dalam program paket wisata muslim, karyawan pun belum ada, hanya dibantu istri dan saudara. Akan tetapi, kini Adinda Azzahra Tour and Travel telah mempekerjakan 15 karyawan, dan hampir setiap bulannya memberangkatkan rombongan wisata muslim yakni sekitar 30-40 orang. Dari mulai pengusaha, pejabat kementerian, anggota DPR, Bupati, dan Gubernur yang kerap memakai jasa Adinda Azzahra Tour and Travel. Harga paket yang ditawarkan mulai Rp 30 juta per orang. Ditanya soal omzet penjualan, Priyadi hanya bilang bisnis travel sangat menggiurkan. “Alhamdulillah, permintaannya terus naik,” kata Vice Presiden PT Media Majalah Indonesia.
Menurut Priyadi, dalam beberapa tahun ini wisata muslim sedang menjadi tren di dunia, dan mulai terlihat geliatnya di Indonesia seiring gencarnya promosi wisata halal yang di canangkan pemerintah. Sebab itu, Adinda Azzahra Tour and Travel terus mengembangkan kemitraan atau franchise travel muslim. Harga paket kemitraan yang ditawarkan Rp 150 juta untuk lima tahun. “Sudah ada empat mitra,” bebernya Priyadi yang sering menjadi pembicara dalam seminar dan pelatihan travel muslim di tingkat nasional maupun internasional.
Soal ekspansi usaha, Adinda Azzahra Tour and Travel berencana membuka cabang di beberapa daerah selain mengembangkan kemitraan.