Istanbul, Tukiye
Pemerintah Turki tengah menggencarkan wisata Muslim atau wisata halal di negaranya sebagai bentuk respon atas menurunnya kunjungan para wisatawan asing di negara perbatasan Eropa-Asia itu. “Berdasarkan data yang kami dapat, bahwa jumlah wisatawan mancanegara ke Turki turun drastis sekitar 50% lebih,” kata Ketua Indonesian Islamic Travel Communication Forum (IITCF) dan dinda Azzahra Tour and Travel Priyadi Abadi kepada Republika.co.id di Jakarta. Priyadi menambahkan, turunnya sektor pariwisata di Turki disebabkan maraknya isu bom dan kudeta beberapa waktu lalu. Pemerintah Turki juga ingin memastikan bahwa isu Negara Islam Irak-Suriah (ISIS) tidak perlu menjadi kekhawatiran para wisatawan yang akan berkunjung ke negara nan cantik tersebut. Sebetulnya konflik ISIS berada jauh dari objek wisata di Turki. Lagi pula, sejauh ini wisata di negara tersebut masih aman dari pengaruh konflik. “Memang sempat ada kekhawatiran di kalangan wisatawan, tapi kabar yang kita dapatkan sejauh ini masih aman.
Priyadi mengatakan, salah satu travel milik Turki yakni Dorak Travel yang tengah menjadi sponsor utama Adinda Azzahra Tour and Travel dan bekerja sama dengan IITCF, mengundang 40 biro perjalanan dari Indonesia untuk mempromosikan wisata halal di negara tersebut. Kegiatan bertajuk ‘Turkey Muslim Educational Trip’ itu akan digelar selama 9 hari pada 27 November hingga 6 Desember 2016. Selama di Turki, para peserta tidak hanya melihat objek wisata dan kelengkapan fasilitas, akan tetapi juga diberikan pelatihan mulai dari teknik pemandu wisata, kepemimpinan, pemecahan masalah dan lain sebagainya oleh IITCF. “Sesuai namanya, perjalanan ini bukan hanya sekedar jalan-jalan biasa, melainkan ajang pelatihan bagi para pelaku travel Muslim, baik tour leader, tour planner, tour consultant, dan pemilik travel.
Priyadi menyebutkan, selama berada di Turki, peserta akan mengunjungi 10 kota, antara lain Ankara, Istanbul, Konya, Bursa, Bergama, Ephesus, dan Cappadocia. Para peserta juga bakal diajak mengunjungi sejumlah wisata rekreasi lainnya semisal Istana Topkapi dan Hagia Sophia atau Masjid Biru.
Selain itu, Turki juga terkenal dengan sejumlah peninggalan sejarah Islam. “Para peserta juga akan diajak mengunjungi situs-situs perjalanan Rasulullah dan para sahabat Nabi,” ujarnya.
Priyadi mengatakan, sebenarnya tidak sulit untuk menjual wisata, termasuk wisata halal di Turki. Fasilitas penunjang untuk wisata halal cenderung sudah tersedia mengingat mayoritas penduduk di negara itu adalah Muslim. “Salah satu daya tarik di sana juga ada situs-situs perjalanan Rasulullah dan para sahabat,” katanya. Tantangan saat ini yaitu mengembalikan kepercayaan wisatawan ke Turki mengingat kondisi politik dan keamanan di negara tersebut. Sehingga mereka mengundang kita untuk mensosalisasikan kondisi Turki terkini,” katanya.
Priyadi mengatakan, sebelum adanya masalah politik, kunjungan wisatawan Indonesia ke Turki terbilang cukup tinggi terlihat dari penuhnya maskapai penerbangan ke negara itu setiap bulan. “Jualan Turki tidak seberat jualan rute-rute lain, cuma karena ada isu keamanan saja yang membuat pengunjung turun.