Tour Leader Kunci Perkembangan Wisata Halal


Semakin populernya wisata Muslim yang dibantu dengan paket Umrah plus membuat kebutuhan akan tour leader kian meningkat. Ini mengingatkan akan pentingnya eksistensi dari tour leader yang strategis dalam membawa rombongan wisatawan baik di ranah domestik ataupun luar negeri. Berdasarkan yang dilansir oleh Republika.co.id (2016) Priyadi mengatakan, tour leader merupakan ujung tombak dalam sebuah perjalanan. Mereka harus memastikan perjalanan berjalan lancar dan sukses sesuai program yang telah disusun oleh travel agent.

“Bila terjadi sesuatu di luar program, tour leader adalah orang pertama yang harus bertindak dan mengambil keputusan,” kata Ketua Umum Asosiasi Tour Leader Muslim Indonesia (ATLMI) Priyadi Abadi di Jakarta.

Priyadi menjelaskan, tugas tour leader dimulai dari sebelum perjalanan dengan memberikan pengarahan terkait lokasi yang akan dituju namun berbeda dengan tour guide yang memandu wisatawan secara langsung di lokasi wisata.

Penggagas ATLMI itu melanjutkan bahwa tour leader juga bertugas untuk mengurusi paspor atau visa wisatawan jikalau terdapat kendala teknis di sepanjang perjalanan. Sementara terkait pemanduan lokasi wisata bagi wisatawan diserahkan kepada tour guide lokal. Sebagai contoh, wisman yang berkunjung ke Borobudur kan ada tour leadernya tapi dia menggunakan jasa pemandu wisata lokal untuk membawa mereka berkeliling di ranah lokasi tersebut,” jelas Priyadi. Penggunaan jasa pemandu wisata lokal juga bergantung pada regulasi negara yang akan di kunjungi. Priyadi mengatakan, kalau negara tujuan memiliki peraturan yang mengharuskan memakai pemandu wisata, maka akan digunakan. “Tapi kalau tidak, fungsi tour leader bisa mencakup tour guide sekaligus,” katanya.

Tour leader merupakan profesi umum dalam dunia wisata, termasuk wisata Muslim. Perbedaan tugas mendasar yang dimiliki keduanya adalah mengingatkan waktu ibadah kepada wisatawan.

Tour leader Muslim harus bisa melayani kebutuhan dasar wisatawan Muslim seperti mengetahui letak lokasi masjid dan makanan halal. Selain itu, dituntut untuk mampu dan paham dalam menunjukkan arah kiblat saat di hotel ataupun membawa wisatawan ke Masjid untuk beribadah. “Sebisa mungkin mencarikan masjid di kota tersebut atau mencarikan ruang kosong untuk berjamaah, karena ini kan wisata Muslim,” kata Priyadi.

Sementara itu, ATLMI berfungsi agar tour leader Islami dapat menemukan perlindungan hukum bila sewaktu-waktu membutuhkan. ATLMI juga memiliki program-program bersertifikasi profesi tour leader Islami yang pada saat itu difokuskan sebagai bentuk jawaban atas tantangan era Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA). Pemberian sertifikasi kepada para tour leader menjadi salah satu program yang dibidik oleh ATLMI. Adanya sertifikasi artinya membuat standar layanan kepada profesi tersebut. Priyadi mengatakan, untuk memberikan standar pelayanan itu ATLMI akan menggandeng berbagai pihak termasuk Lembaga Sertifikasi Profesi (LPS). Tentunya, akan ada penilaian spesifik yang berkaitan dengan wisata halal. “Nah penilaian yang spesifik Muslim itu yang saat ini sedang digarap. Hal ini mengingat banyaknya jumlah tour leader di Indonesia. Priyadi mengatakan, setidaknya ada lebih dari 500 tour leader dari berbagai biro perjalanan. Angka itu belum ditambah ddengan travel agent yang perihal perizinannya masih dalam proses.

“Sertifikasi ini dimaksudkan sebagai program pemerintah dalam rangka manifestasi dari standarisasi kepada profesi pemandu wisata Islami agar bisa bersaing di tengah era globalisasi. Apalagi kini era MEA sehingga ada standarisasi ASEAN,” kata Priyadi.

CEO Batari Kencana Tour and Travel, Dyah Ratna Heryati mengatakan bahwa keberhasilan perjalanan terletak pada kemampuan seorang tour leader dalam memimpin suatu rombongan. Keberhasilan itu akan menjadi nilai tambah dari wisatawan untuk biro wisata yang digunakan.

Selain pengetahuan objek wisata, seorang tour leader sebaiknya dibekali dengan ilmu disiplin dan manajemen waktu yang baik. Dyah mengatakan, tour leader juga harus mampu berkomunikasi dengan baik kepada para peserta, guide lokal maupun sopir bus serta regulasi-regulasi di negara tujuan. Dia menambahkan bahwa tour leader Muslim juga harus mencerminkan perilaku yang baik dan santun baik dalam perkataan ataupun perbuatan. Selain itu, mampu membimbing grup untuk bertadabur alam dengan jalan yang halal dan mengutamakan waktu shalat. “Ini yang membedakan antara tour leader Muslim dengan tour leader konvensional.

Dyah sepakat bahwa sertifikasi tour leader muslim dibutuhkan sebagai parameter untuk memaksimalkan service kepada para wisatawan. Kendati begitu, dia menyerahkan proses penilaian itu kepada ATLMI dan lembaga sertifikasi terkait. “Bersertifikasi pastinya akan lebih bagus, karena yang menjadi tour leader muslim kebanyakan berasal dari tour leader konvensional,” katanya.

Salah seorang tour leader Muslim Indonesia, Mochammad Fajar Akbar mengatakan, kebutuhan SDM tour leader Muslim sangat tinggi dan dibutuhkannya sertifikasi dengan kompetensi khusus tour leader. Sertifikasi tour leader Muslim seharusnya berbeda dengan standar kompetensi tour leader umum. Fajar mengatakan, tour leader Muslim harus ditambahkan muatan kompetensi yang berkaitan dengan wisata halal. “Hal yang tidak dapat dilakukan oleh tour leader non-Muslim terletak pada kemampuan dan pengetahuan religinya mengenai Islam sehingga kedua aspek tersebut menjadi diferensiasi antara tour leader Muslim dan konvensional,” katanya.

Meski menyebutkan bahwa tour leader Muslim tetap membutuhkan pelatihan dengan terjun langsung ke lapangan yakni di negara-negara yang menjadi tujuan wisata sehingga akan membuat SDM para travel Muslim akan lebih mampu bersaing dengan tour leader konvensional guna meningkatkan kualitas pelayanannya. “Karena ‘kue’ sangat besar, wisatawan Muslim Indonesia sudah semakin banyak yang travelling dengan banyaknya wisata halal yang di tawarkan oleh travel Muslim,” katanya.

Ahli agama sekaligus Pembimbing Haji dan Umrah K.H. Mudzakkir menyatakan bahwa kesuksesan wisata halal terletak dan sangat bergantung pada tour leader Muslim yang berkomitmen dengan nilai-nilai keislaman. Mudzakkir mengatakan bahwa pemahaman tour leader tentang wisata halal bukan sebatas tidak ada daging babi dan alkohol. Akan tetapi juga pengalamannya dalam mengetahui perihal wisata keislaman yang mencakup masjid ataupun bangunan keislaman lainnya.

Tour leader memiliki peran penting bagi perkembangan wisata sesuai syariat. “Sehingga diharapkan wisata halal kedepannya akan semakin maju,” katanya.

News

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan.