Indonesia, Bangunlah Masjid Besar di Korea


Peserta Korea Muslim Educational Trip (Komet) di Masjid Itaewon dan Melaksanakan Shalat Jumat, Itaewon, Korea Selatan

REPUBLIKA.CO.ID, SEOUL — Presiden Federasi Muslim Korea (FMK), Choi Young Kil mengatakan bahwa jumlah masjid di seluruh kawasan Korea Selatan masih sangat minim. Karena itu, beliau berharap Indonesia turut memberikan kontribusi untuk membangun masjid di Negeri Ginseng tersebut.

“Pemerintah Indonesia, mohon bangun masjid besar di Korea,” pinta Choi Youngkil saat bertemu dengan delegasi Korea Muslim Educational Trip (Komet) yang digelar oleh Indonesian Islamic Travel Communication Forum (IITCF) di Masjid Itaewon, Seoul.

Menurut data FMK, hanya terdapat 7 masjid di Seantero, Korea Selatan. Sementara, mushala berjumlah sekitar seratus. “Kita masih membutuhkan banyak lagi masjid dan mushala di Korea Selatan, karena jumlah masyarakat Muslim yang kian bertambah,” kata Choi Young Kil.

Guru besar Universitas Myongji, Korea Selatan tersebut mengungkapkan bahwa jumlah penduduk Muslim telah mencapai sekitar 160 ribu jiwa atau 0,33% dari total 49 juta penduduk di Korea Selatan. Dari 160 ribu Muslim tersebut, sebanyak 35 ribu di antaranya adalah warga negara Korea Selatan dan sekitar 120 ribu lainnya adalah para pendatang baru yang mengadu nasib di Korea Selatan. “Jumlah Muslim asing paling banyak berasal dari Indonesia yakni sekitar 40 ribu jiwa,” katanya.

Choi Young Kil mengatakan jika setiap penduduk Indonesia menyumbangkan satu dolar saja, niscaya masjid besar itu akan terealisasikan. “Karena di sini kami tidak mendapatkan donasi dari pemerintah. Maka dari itu, kami meminta bantuan kepada seluruh umat Muslim Indonesia,” ujarnya.

Masjid Itaewon yang kini menjadi sekretariat FMK merupakan masjid terbesar di Korea Selatan. Dalam berbagai publikasi, masjid ini ditulis dengan nama Seoul Central Mosque atau Seoul Islamic Center. Masjid yang terletak di kawasan Hannam-dong, Distrik Yongsan, Seoul juga merupakan masjid pertama yang dibangun di Korea Selatan. Masjid Itaewon menempati tanah seluas lima ribu meter persegi. Tanah tersebut merupakan pemberian Pemerintah Korea Selatan. Adapun pembangunannya dimulai pada 1974, didanai oleh pemerintah sejumlah negara Muslim. Masjid ini mulai dibuka untuk umum pada Mei 1976. Bangunan masjid ini terdiri atas tiga lantai. Lantai pertama akan dijadikan sebagai kantor FMK dan ruang pertemuan, lantai dua untuk tempat shalat bagi pria yang luasnya sekitar 427 meter persegi, dan lantai tiga untuk tempat shalat perempuan.

Kawasan Itaewon, saat ini tak ubahnya sebuah “Muslim Town.” Umat Muslim di sana berasala dari berbagai ras dan bangsa. Selain itu, terdapat beberapa restoran halal di sekitar kompleks Masjid Itaewon yang memfokuskan menu makanan dari berbagai negara baik Korea, Turki, Lebanon ataupun India. Hal ini dimaksudkan sebagai bentuk representasi atas keragaman makanan halal dunia.

Minister Counsellor KBRI Korea Selatan, Aji Surya mengatakan bahwa Korea Selatan merupakan negara yang aman untuk Muslim. “Negara ini tidak pernah ada masalah dengan agama. Di sini, bahkan dengan mudah menggelar pengajian yang dihadiri sampai tujuh ribu orang dengan syarat tidak mengganggu lingkungan sekitar,” katanya.

Para pendatang dari Indonesia, kata Aji Surya banyak yang mendirikan tempat ibadah di Korea Selatan. “Jumlah masjid dan mushala yang didirikan orang Indonesia di Korea Selatan mencapai 50-an, sedangkan gereja yang didirikan orang Indonesia sekitar 15,” ungkapnya.

Karena tidak mempermasalahkan agama, Aji Surya mengatakan bahwa Korea Selatan pun kini menggulirkan pariwisata ramah Muslim. Hal ini ditandai dengan memproduksi makanan halal untuk diekspor ke sejumlah negara Muslim, menyediakan restoran-restoran halal, dan membangun tempat-tempat ibadah di lokasi wisata serta tempat shopping. “Kondisi tersebut membuat umat Muslim merasa nyaman, sehingga menarik untuk berkunjung ke Korea dan disisi lain hal ini memberikan positive impact pemasukan kepada masyarakat Korea Selatan” katanya.

Ketua IITCF, Priyadi Abadi, mengatakan akan menyampaikan aspirasi umat Muslim Korea untuk mendirikan masjid dan aspirasi FKM yang meminta bantuan MUI untuk mengurus sertifikasi halal kepada Majelis Ulama Indonesia (MUI). “Insya Allah kami akan coba bicarakan nanti dengan Pak Kiai Ma’ruf Amin (ketua umum MUI),” katanya, usai bertemu dengan Choi Young Kil.

News

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan.