Buka Trip ke Eropa, Travel Harus Paham Kerumitannya


Para peserta West Europe Moslem Educational Trip (WEMET) batch 3 di Menara Eiffel, Paris, Perancis

“Dalam dunia travel, tujuan Eropa tingkat kesulitannya paling tinggi”

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA — Eropa dengan segala keindahannya dan keunikannya telah menjadi destinasi yang banyak diburu wisatawan dari berbagai mancanegara. Meski biaya berwisata ke Eropa cukup merogoh kocek, namun peminatnya tak pernah sepi baik di musim liburan sekolah maupun di bulan lainnya.

Di balik keindahan tempat-tempat wisata Eropa, ternyata menyimpan berbagai persoalan jika belum memiliki bekal pengetahuan dan pengalaman menjelajahi Benua Eropa ini. Maka dari itu, penyedia travel yang baru membuka trip ke Eropa harus memperhatikan berbagai aspek sebelum berani menyelenggarakan paket Eropa

Menurut Chairman Indonesian Islamic Travel Communication Forum (IITCF), H Priyadi Abadi M.par, penyelenggara tour Eropa harus benar-benar memahami kondisi yang ada di Eropa. “Tim manajemen  harus sangat ketat dijalankan. Jika tidak, akan berdampak pada pembengkakan anggaran,” ujarnya dalam rilis yang diterima Republika.co.id. Priyadi menambahkan bahwasannya, penyelenggaraan tour di kawasan Asia sangat berbeda dengan Eropa karena cukup kompleks. hal ini dapat dilihat dari segi culture, bahasa, makanan dan lain sebagainya. Maka dari itu, travel yang sudah biasa menyelenggarakan tour Eropa akan lebih mudah menjalankan trip Asia. “Dalam dunia travel, tujuan Eropa tingkat kesulitannya paling tinggi dibandingkan Asia atau destinasi lainnya,” paparnya.

Priyadi mengakui, meskipun pengalaman dirinya sebagai tour leader berpuluh-puluh tahun, ia harus selalu meng-update pengetahuannya dengan situasi terkini yang terjadi. Misalnya, memanasnya situasi demo di kota Paris dan modus-modus kejahatan seiring tingkat kriminalitas yang naik tajam ataupun merek-merek branded yang sering diburu oleh pelancong Indonesia. Selain itu, dengan terjun langsung mengurusi segala kebutuhan peserta tour, mulai dari bangun pagi sampai peserta tour terlelap di masing-masing kamar hotelnya, memastikan/mencari ruangan santap pagi, mengurusi koper-koper peserta,  check out hotel dengan memastikan master bill, lokasi atau menu restoran makan siang dan malam, bus yang nyaman dengan segala perlengkapannya seperti CD/DVD untuk memutar lagu atau film, memilih tempat objek wisata, dan masih banyak lagi lainnya.

“Penggunaan local guide full day di Eropa akan menambah biaya yang sangat tinggi. Terlebih lagi local guide Eropa dihitung per jam, dan itu tak lazim dilakukan oleh travel Indonesia,” ujarnya.

Perusahaan travel, tambah Priyadi, harus mempersiapkan tour leader yang handal dan berpengalaman di lapangan. Salah satu contoh kecil saja lokasi toilet pun harus dikuasai karena akan berdampak fatal bila peserta tour sedang kebelet pipis. Jika tidak, maka akan berdampak pada tingkat kepuasan wisatawan. Hal itu akan berdampak pada kepercayaan terhadap perusahaan penyelenggara. “Adanya kasus travel abal-abal, tour leader yang tidak bertanggung jawab, dan isu keamanan di Eropa harus bisa menjadi pelajaran berharga bagi perusahaan travel untuk meningkatkan kualitas layanannya,” jelasnya.

News

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan.