
ADINDA | Di jantung Kota Tetovo, Makedonia Utara, berdiri sebuah bangunan megah yang seolah berbicara lewat warna dan detailnya—Masjid Sarena Dzamija, atau dalam bahasa Inggris dikenal sebagai Painted Mosque.
Masjid ini selain tempat ibadah, juga symbol dari kanvas sejarah yang memancarkan kemegahan era Ottoman dari abad ke-15. Setiap sudutnya menyimpan kisah, setiap warnanya menuturkan perjalanan panjang peradaban Islam di semenanjung Balkan, Eropa Tenggara.
Bagi para wisatawan Muslim yang berkeliling Eropa Tenggara, masjid ini sering menjadi pemberhentian istimewa. Bukan hanya karena keindahan visualnya yang memesona, tetapi juga karena makna spiritual dan historis yang begitu dalam. Tak heran jika Priyadi Abadi, Direktur Utama Adinda Azzahra Tour & Travel, selalu menjadikan Masjid Sarena Dzamija sebagai salah satu tujuan wisata Muslim utama dalam setiap perjalanan ke kawasan Balkan dan Eropa Tenggara.
Menurutnya Priyadi, masjid ini bukan hanya destinasi wisata, tapi juga ruang perenungan—tempat di mana sejarah dan keindahan Islam berpadu dalam harmoni yang menenangkan hati.
Jejak Panjang dari Abad ke-15
Masjid Sarena Dzamija dibangun pada tahun 1438, di masa ketika kekuasaan Ottoman sedang mencapai puncak pengaruhnya di Eropa Tenggara. Lokasinya yang berada di tepi Sungai Pena menambah suasana damai dan puitis di sekitar bangunan ini. Kala itu, masjid ini menjadi pusat kegiatan keagamaan dan sosial bagi masyarakat Muslim Tetovo yang hidup berdampingan dengan komunitas lain di bawah naungan kekaisaran Ottoman.
Nama “Sarena Dzamija” memiliki arti “Masjid Dihiasi”, sebuah nama yang seolah menjadi janji akan keindahan yang tersimpan di dalamnya. Tak seperti masjid Ottoman pada umumnya yang mengandalkan kubah monumental dan kaligrafi sederhana, masjid ini justru tampil berani—penuh warna, penuh corak, dan penuh detail. Dinding-dindingnya dihiasi lukisan floral yang begitu rumit, mencerminkan perpaduan antara seni Islam dan pengaruh lokal Balkan.
Bagi yang pertama kali melihatnya, kesan yang muncul mungkin seperti memasuki galeri seni, bukan tempat ibadah. Namun justru di situlah daya tariknya: Masjid Sarena Dzamija menghadirkan spiritualitas melalui seni.
Restorasi yang Menghidupkan Warna
Berabad-abad setelah dibangun, tepatnya pada abad ke-19, masjid ini mengalami masa restorasi besar di bawah tangan Abdurrahman Pasha. Ia tidak sekadar memperbaiki bangunan lama, melainkan menghembuskan jiwa baru ke dalamnya.
Melalui proses restorasi tersebut, ukiran dan lukisan berwarna-warni ditambahkan di hampir seluruh permukaan masjid. Kubah, dinding, dan bahkan tiang-tiangnya dipenuhi dengan fresco yang menampilkan motif bunga, dedaunan, serta elemen geometris khas Islam. Warna merah, biru, hijau, dan emas berpadu dengan harmonis, menciptakan efek visual yang menakjubkan.
Konon, bahan alami seperti ribuan telur digunakan dalam campuran cat untuk membuat warna tetap tajam dan awet selama ratusan tahun. Inilah sebabnya mengapa hingga kini, meski telah berusia lebih dari lima abad, keindahan Masjid Lukis ini masih bertahan, seolah menolak dilupakan waktu.




