Masjid Istiklal Sarajevo: Jejak Persaudaraan Indonesia dan Bosnia  

masjid istiklal sarajevo (

ADINDA | Di tengah tenangnya kota Sarajevo, berdiri megah sebuah masjid dengan nama yang sangat familiar bagi masyarakat Indonesia — Masjid Istiklal. Namun, ini bukanlah Istiqlal Jakarta yang menjulang di jantung ibu kota. Ini adalah Masjid Istiklal Sarajevo, simbol nyata dari persaudaraan lintas benua antara Indonesia dan Bosnia, lahir dari luka perang dan semangat solidaritas kemanusiaan.

Menurut Direktur Utama Adinda Azzahra, Priyadi Abadi, keberadaan masjid ini bukan hanya bangunan fisik semata, melainkan sebuah monumen spiritual yang mengikat dua bangsa melalui nilai kemanusiaan dan keimanan. “Masjid Istiklal Sarajevo menjadi bukti bahwa ketika dunia sedang bergejolak, Indonesia hadir tidak hanya lewat kata-kata, tapi lewat tindakan nyata. Ini warisan solidaritas yang luar biasa,” ujarnya.

masjid istiklal sarajevo (

Dari Derita Perang, Lahir Cahaya Persaudaraan

Dari berbagai sumber menyebutkan, perang Bosnia yang meletus antara tahun 1992 hingga 1995 meninggalkan luka mendalam bagi rakyat negeri itu. Konflik etnis dan agama menghancurkan hampir seluruh sendi kehidupan. Sekitar 600 masjid luluh lantak dihantam oleh pasukan Serbia. Ironisnya, tidak satu pun gereja yang dihancurkan oleh pihak Bosnia.

Di tengah kabar memilukan itu, Presiden Soeharto yang saat itu memimpin Indonesia merasa terpanggil. Ia melihat penderitaan umat Islam Bosnia bukan sebagai persoalan bangsa lain, tetapi sebagai panggilan nurani umat manusia. Maka, lahirlah gagasan besar: membangun sebuah masjid sebagai hadiah dari rakyat Indonesia untuk rakyat Bosnia. Masjid yang kelak akan menjadi simbol kebebasan, kedamaian, dan harapan baru.

Sentuhan Indonesia di Tanah Eropa

Proyek pembangunan masjid ini dimulai pada tahun 1995, tak lama setelah perang usai. Arsiteknya bukan orang sembarangan — Achmad Noe’man, maestro arsitektur masjid asal Indonesia yang juga merancang Masjid Salman ITB dan Masjid Istiqlal Bandung. Ia membawa gaya arsitektur pasca-modern, menghadirkan desain yang sederhana namun sarat makna spiritual.

Masjid ini memiliki dua menara setinggi 48 meter, dengan bangunan utama seluas 2.500 meter persegi yang berdiri di atas tiga lantai. Dari luar, tampilannya modern, namun atmosfernya tetap meneduhkan. Sentuhan khas Indonesia tampak pada ornamen dan tata ruangnya — elegan, lapang, dan ramah jamaah.

Pembangunan masjid ini menelan biaya sekitar 2,7 juta dolar AS, seluruhnya didanai oleh pemerintah Indonesia. Setelah enam tahun proses pembangunan, Masjid Istiklal Sarajevo diresmikan pada September 2001 oleh Menteri Agama Indonesia saat itu, Said Agil Al Munawar.

“Istiklal” — Makna di Balik Nama

Nama “Istiklal” berarti kemerdekaan — sebuah kata yang sangat kuat dan sarat filosofi. Ia bukan sekadar nama, tapi doa dan harapan bagi Bosnia yang baru saja bangkit dari puing-puing perang. Sama seperti Indonesia yang pernah memperjuangkan kemerdekaan, Bosnia pun tengah meniti jalan menuju kebebasan dan kedaulatan.

Masyarakat setempat sering menyebutnya “Masjid Indonesia” atau “Masjid Soeharto”, sebagai bentuk penghormatan atas sumbangsih bangsa Indonesia. Tak sedikit warga Sarajevo yang masih mengenang masa-masa awal pembangunan, ketika tim pekerja dari Indonesia datang membawa semangat dan harapan baru.

Simbol Persahabatan dan Toleransi

Masjid Istiklal tidak hanya berfungsi sebagai tempat ibadah. Ia juga menjadi pusat kegiatan sosial dan pendidikan bagi komunitas Muslim di Sarajevo. Banyak anak muda Bosnia belajar mengaji, mengikuti kajian Islam, atau sekadar berkumpul untuk berbagi cerita tentang kehidupan pascaperang.

masjid istiklal sarajevo (

Masjid ini juga kerap dikunjungi oleh wisatawan, pelajar, dan diplomat dari berbagai negara, termasuk Indonesia. Di dalamnya, terdapat suasana yang unik — perpaduan antara semangat Asia Tenggara dan keteguhan Eropa Tenggara.

Menurut Priyadi, masjid ini adalah destinasi penting bagi wisatawan Muslim yang berkunjung ke Eropa Tenggara. “Bagi jamaah Adinda Azzahra yang singgah ke Sarajevo, kami selalu sempatkan untuk mampir ke Masjid Istiklal. Rasanya seperti menemukan rumah sendiri di tanah jauh. Ada kebanggaan sekaligus keharuan di sana,” ujarnya.

Warisan Soeharto yang Dikenang

Banyak orang mungkin mengenal Soeharto lewat sisi politiknya. Namun di Sarajevo, nama Soeharto dikenang dengan penuh rasa hormat. Masjid Istiklal menjadi jejak kemanusiaan yang tak terhapus waktu — simbol bahwa pemimpin dari negeri tropis nun jauh di Asia Tenggara pernah menyalakan lentera harapan di tengah kegelapan Balkan.

“Kalau bicara tentang warisan Soeharto, mungkin banyak yang pro dan kontra. Tapi dalam konteks Masjid Istiklal ini, beliau dikenang sebagai sosok yang membawa cahaya bagi Bosnia,” kata Priyadi menegaskan.

Dari Indonesia untuk Dunia

Masjid Istiklal Sarajevo adalah satu dari sedikit masjid di dunia yang dibangun sepenuhnya oleh bangsa Indonesia di luar negeri. Ia melengkapi jejak diplomasi kemanusiaan Indonesia — dari bantuan untuk Palestina, dukungan bagi Rohingya, hingga solidaritas bagi Bosnia.

Dalam konteks wisata religi, masjid ini juga menjadi magnet tersendiri. Banyak wisatawan Muslim yang datang ke Sarajevo menjadikan Masjid Istiklal sebagai salah satu titik penting perjalanan spiritual mereka. “Masjid ini bukan hanya destinasi, tapi juga narasi — kisah tentang kemanusiaan, perjuangan, dan keimanan yang saling terhubung,” tambah Priyadi.

Dari Jakarta hingga Sarajevo, dari sejarah hingga spiritualitas — Masjid Istiklal menjadi pengingat bahwa persaudaraan sejati tak mengenal batas negara. Ia tumbuh dari nurani, hidup dalam doa, dan abadi dalam kenangan.[]

 

News

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan.