ADINDA | Makau yang dijuluki sebagai “Las Vegas of Asia” karena dikenal sebagai pusat industri perjudian dan kasino terbesar di Asia mulai membidik pasar wisatawan muslim dari Indonesia untuk berlibur ke Makau.
Pergeseran ini dipelopori oleh Macao Government Tourism Office (MGTO) atau Kantor Pariwisata Pemerintah Makau sebagai bagian dari rencana kota untuk mendiversifikasi pasar pariwisata dan perekonomiannya.
Pemerintah telah berfokus pada “strategi 1+4” untuk memajukan empat industri yang sedang berkembang: kesehatan dan kesejahteraan, keuangan, teknologi inovatif, dan MICE. Mengembangkan Makau sebagai destinasi ramah Muslim merupakan elemen kunci dari strategi ini.
Seperti pernah disampaikan Direktur MGTO, Maria Helena De Senna Fernandes, sebelum pandemi, sebagian besar wisatawan Makau berasal dari Tiongkok daratan. Kehadiran komunitas muslim semakin meningkat, tidak hanya di tingkat internasional tetapi juga di komunitas Muslim Tiongkok daratan.
Untuk mencapai visi ini, MGTO telah menyelenggarakan pelatihan industri dan berpartisipasi dalam pameran serta lokakarya terkait halal untuk meningkatkan daya tarik Makau bagi wisatawan Muslim. Makau juga pernah menyelenggarakan lokakarya “Budaya Islam dalam Pariwisata” bersama Imam Ding Shao Jie dari Asosiasi Islam Makau, yang berfokus pada kebutuhan keagamaan dan budaya wisatawan Muslim.
Belum lama ini, tepatnya pada 23-24 September 2025, MGTO melakukan MGTO Focus Group di Hotel Andaz Makau membahas perkembangan destinasi wisata ramah muslim di Makau. Salah satu peserta yang hadir dalam acara bergengsi itu Adalah H Priyadi Abadi, MPar.
Priyadi yang dikenal sebagai sosok pelaku usaha wisata muslim atau wisata halal di Indonesia menjadi salah satu peserta dari beberapa peserta dari berbagai negara Asia. “Alhamdulillah dari Indonesia ada tiga peserta yang mendapatkan kesempatan dalam diskusi MGTO ini,” ungkapnya.
Priyadi mengatakan, Makau sedang berbenah untuk meningkatkan layanan destinasi wisata yang ramah muslim di negaranya. “mereka sedang mencari market para touris dari Asia, salah satunya Indonesia dengan konsep halal tour,” ujarnya.
Priyadi yang juga Direktur Utama Adinda Azzahra Tour and Travel juga memiliki produk destinasi wisata muslim ke Makau. “Ini menjadi peluang bagi kami untuk meningkatkan kualitas produk Adinda untuk menjaring para wisatawan dari Indonesia yang ingin ke Makau,” paparnya.
Meskipun jumlah pasti Muslim di Makau masih belum resmi (perkiraan berkisar antara 5.000 hingga 10.000, sebagian besar pekerja non-residen), terdapat komitmen yang jelas untuk memenuhi kebutuhan wisatawan muslim. Masjid berusia 172 tahun di kota tersebut dijadwalkan untuk direnovasi, dan rencana pembangunan masjid baru yang lebih besar sedang berjalan.
Konektivitas udara Makau yang semakin baik juga turut mendorong upaya MGTO. Air Makau menawarkan penerbangan langsung ke Jakarta dan Kuala Lumpur dan berencana menambah destinasi Timur Tengah, meningkatkan aksesibilitas bagi wisatawan Muslim dan mendiversifikasi basis pengunjung Makau.[]