ADINDA| Zaanse Schans –Masuk gerbang Zaanse Schans langsung disuruh pose oleh petugas yang membawa kamera. Berlatar belakang kincir angin tua, satu persatu tamu yang datang terkena jepret sang juru kamera, cret. Ternyata, itu salah satu trik petugas membuat kenangan dalam bentuk poto di kalender.
Pagi itu, rombongan Adinda Azzahra dalam tour 10 hari di Eropa Barat mengunjungi desa Zaanse Schans. Pagi itu langit cukup cerah, suhu udara juga sangat bersahabat. Angin berhembus perlahan, menambah sejuk suasana pagi. Rumah-rumah tua dengan pemandangan kincir angin dari kayu yang masih asli nampak menjadi pemandangan khas di desa itu.
Rumah-rumah tua khas Belanda dari kayu bercat warna warni. Meskipun tempat ini sudah menjadi tempat wisata, tetapi warga lokal tetap menempati rumah-rumah itu. Mereka sadar, bahwa rumah-rumah mereka mampu mendongkrak wisata di Belanda. Mereka merawat rumah-rumah mereka dengan baik.
Desa Zaanse Schans merupakan gambaran kehidupan Belanda pada abad 18 dan 19. Perumahan hingga kincir anginnya masih lestari hingga saat ini. Di era keemasan Belanda, tempat ini merupakan salah satu pusat industri di Belanda. Sebanyak 600 kincir angin berfungsi saat itu, menjad tenaga penggerak berbagai industri.
Kincir itu juga menjadi tenaga utama bagi mesin-mesin penghasil kertas, penggiling rempah, minyak untuk makanan dan cat, pewarna, dan beragam tekstil, bunga, hingga bubuk cokelat. Penduduk lokal terpicu kreativitasnya untuk menciptakan industri dengan memanfaatkan kincir angin.
Sepanjang abad 18 dan 19, gerakan industri tersebut telah mensejahterakan masyarakat Zaanse. Hal tersebut dapat terlihat dari munculnya gudang-gudang penyimpanan pangan dan rumah-rumah kayu cantik di sepanjang pematang tepi Sungai Zaan.
Kincir angin yang masih tersisa saat ini ada delapan kincir angin yang masih berfungsi di Zaanse Schaans dan lima diantaranya dapat dikunjungi oleh wisatawan. Penduduk sekitar masih mempertahankan keunikan warisan mereka, dimana kayu, pewarna, minyak, bumbu-bumbu dapur, semuanya masih dihasilkan menggunakan bantuan ikon Belanda tersebut.
Di sana terdapat museum Zaanse Schans, pusat kerajinan sepatu kayu khas negeri oranye, hingga pengolahan keju tradisional. Zaanse Schans menyediakan tur berkeliling dengan menggunakan perahu yang berlayar di atas Sungai Zaan dan menyusuri kanal.
Para wisatawan juga bisa mencicipi aneka keju di salah satu rumah De Catherine Hoeve yang khusus menyajikan beragam keju dan cara memproses menjadi keju. Bahkan pengunjung juga bisa mencicipi beragam keju yang disediakan oleh petugas. Seperti keju biasa, keju asap dengan ramuan herbal, keju dengan minyak zaitun, keju dari susu kambing, hingga keju berwarna hijau.
De Catherine Hoeve juga menjual keju bermacam rasa dan ukuran yang cocok dibeli untuk diri sendiri maupun oleh – oleh. Pabrik keju ini buka setiap hari dari jam 8 pagi hingga 6 petang. Pengunjungnya selalu ramai.
Nah, bagi wisata muslim yang sudah tidak sabar lagi ingin menjelajahi desa Kincir Angin ini, ikuti Paket Wisata Muslim Eropa Barat yang diselenggarakan Adinda Azzahra. Selain paket wisata, Adinda Azzahra juga menyediakan Paket Umrah Plus Eropa. Tinggal pilih, paket mana yang sesuai. Pastinya, dengan Adinda Azzahra, wisata Anda menjadi lebih tenang dan menyenangkan. Selamat bertadabbur alam!